Pagi kamis tanggal 4 april 2014, setelah subuh saya tidak
tidur lagi menunggu kedatangan Aaf untuk berbelanja keperluan logistik dan
perbekalan yang masih kurang, karena tadi malam kami baru dapat 1 tenda
kapasitas 4 orang, sleeping bag dan 2 buah sepatu. Kira-kira jam 6 pagi Aaf datang dengan
membawa 2 ransel sebagai pelengkap. Kami berdua kemudian berbelanja logistik ke
pasar kranggan antara lain beras setengah kilogram, mie instan, roti tawar,
sarden dan air mineral 14 buah (jatah per orang bawa 2 botol).
Jam 8 saya tinggal dulu karena masih
ada tugas kampus untuk survey lapangan. Sedangkan Aaf kembali tidur di musholla asrama, gara-gara
begadang maklum dini hari nya ada Liga Champions.
Jam 10 lewat saya balik ke asrama, anak-anak sudah siap
untuk mencari lagi perbekalan yang kurang, kali ini kami bagi tugas, Ighe dan
Icay mau kembali belanja perbekalan yang kurang terkait makanan dan logistik
sedangkan saya dan Aaf mencari tenda 1 lagi serta matras dan juga sepatu untuk
disewa. Alhamdulillah semua akhirnya bisa diperoleh, kemudian kami packing dan
jam 12 selesai kami pun berangkat makan siang dulu, kemudian salat zuhur dan
kumpul untuk berangkat.
Tepat jam 2 siang kami meluncur dari asrama menuju kopeng
(lewat jalan Magelang) dengan menggunakan total 4 kendaraan (Saya dan Fanie,
Aaf dan Ighe, Icay dan Sophee serta Arif sendirian). Jam setengah 3 kami hampir
tiba namun berhenti sebentar di jalan untuk membeli ponco (jas hujan) dan rehat
sebentar untuk minum, kemudian kami lanjut dan akhirnya sampai wekas sekitar
jam 3 an. Di sebuah rumah warga kami numpang parkir di situ sekalian siap-siap.
Rumah warga tempat parkir sepeda motor di daerah Wekas |
Jam setengah 4 kami siap untuk memulai perjalanan, naik
perlahan menapaki jalan yang berupa paving blok menaik, hingga jalan itu berubah
sampai ke sebuah pemakaman, di sini jalur mendaki mulai terasa berat dan
setelah memasuki daerah di mana pemandangan pepohonan pinus dan jurang,
kawan-kawan mulai tampak kelelahan, kami juga mulai sering berhenti dan agak melambat.
Semua anggota tampak kelelahan, |
Jalur mulai terasa berat, kami bahkan sangat melambat, Arif,
Sophee dan Fanie yang sangat kelihatan melemah, Arif mulai muntah tapi setelah
itu malah menjadi lebih segar dari sebelumnya, Fanie terlihat sangat pucat dan
Sophee tampak diam seolah kehilangan semangat. Tampaknya masuk angin, jadi
saran saya persiapkan fisik sebaik-baiknya terutama asupan makanan serta tidur
cukup.
Fanie terlihat sangat pucat |
Dengan banyaknya berhenti, kami terbilang sangat lama
mendaki, bahkan ketika adzan maghrib berkumandang kami belum mencapai pos 1
yang berada di ketinggian 1752 Mdpl. Alhamdulillah walaupun dengan sangat
lambat dan kecapaian kami akhirnya bisa mencapai pos 1 dan kemudian tetap
dengan perjalanan yang bahkan makin melambat kami akhirnya tiba di pos 2 pada jam 8 malam dengan ketinggian 1952 Mdpl
dimana tempat kami akan menginap untuk malam itu.
Begitu sampai kami bagi tugas, saya, Aaf, Ighe dan Icay
memasang tenda sedangkan Fanie dan Arif mulai memasak untuk makan malam, Sophee
yang sudah tidak kuat hanya duduk saja, ini yang saya suka dari berpetualang
termasuk mendaki, kita harus saling tolong menolong apalagi sesama teman.
Akhirnya tenda selesai dan kami pun makan, kecuali Sophee
yang memang keok malam itu, dia pun memutuskan langsung masuk tenda untuk
tidur. Ini pengalaman pertama saya, ternyata memang angin malam pegunungan
sangat ekstrim sehingga sleeping bag menurut saya itu adalah termasuk peralatan wajib
kalau ingin mendaki.
Awalnya kami merencanakan untuk istirahat dan bangun pada
jam 2 atau 3 dinihari untuk melanjutkan pendakian menuju puncak sehingga kami bisa menikmati sunrise di atas sana, namun ternyata tidak sesuai keinginan
malam itu terjadi badai, angin kencang disertai gerimis cukup membuat kami
mengurungkan niat untuk mendaki malam itu, bahkan di dalam tenda pun terasa
menusuk dinginnya, untung saja tenda modern zaman sekarang cukup untuk menahan
terpaan angin kencang seperti malam itu. Walau terbagun, kami pun sepakat untuk
tetap di dalam tenda dan melanjutkan tidur.
Tak terasa pagi telah datang, Jumat 5 April 2014 jam 5 lewat
saya terbangun, sadar ternyata Aaf pun sudah terjaga, pagi itu tetap dingin
namun karena saya sudah tidak tahan untuk buang air maka saya berani kan
keluar, setelah buang air saya berlari-lari kecil untuk mengurangi dampak hawa
dingin yang menusuk. Tak lama Aaf pun keluar, dia termasuk yang cukup
berpengalaman mendaki, saya coba minta pendapatnya bagaimana kalau kami tetap mau
melanjutkan perjalanan ke puncak, menurut perkiraannya waktu akan sangat mepet,
maklum kami harus mengembalikan peralatan yang kami sewa paling lambat malam
ini untuk menghindari denda sewa, sehingga setidaknya sebelum sore kami sudah
siap untuk kembali ke jogja. Tepat jam 6 akhirnya kami memutuskan untuk tetap
melanjutkan perjalanan, namun tidak semua anggota ikut, kali ini yang siap
Saya, Aaf, Ighe, Icay dan Fanie. Sedangkan Arif dan Sophee masing-masing memutuskan
untuk tinggal di tenda. Kami bawa beberapa mie instan, kompor dan air minum
untuk perbekalan naik dalam 2 tas untuk 5 orang yang siap. Selesai sarapan roti
kami berdoa dulu dan kemudian berangkat, namun baru saja mulai berjalan, Aaf merasakan
kaki dan pangkal pahanya sakit, dia tidak sanggup melanjutkan perjalanan, saya
rasa memang Aaf membawa beban berat dari bawah, karena saya dan Aaf masing2
membawa tenda dalam carrier kami. Akhirnya tinggal 4 orang yang melanjutkan,
perjalanan masih terasa berat namun memang lebih terasa berat ketika naik dari
bawah menuju pos 2, mungkin karena bangun tidur dan cuaca pagi sangat sejuk
serta barang bawaan yang sedikit jadi terasa agak enteng.
Satu jam perjalanan kami sampai di sebuah batu besar dimana
ternyata ada persimpangan di situ, kami baru sadar setelah melewati jalan
yang ‘keliru’, seharusnya jika mengikuti yang lazim kami belok kiri sehingga
akan melewati jalan menuju pemancar terlebih dahulu sebelum menuju puncak.
Namun saat itu kami mengambil jalan ke kanan hingga sampai di tepian
jurang dimana ada jalan pintas menuju salah satu puncak yaitu puncak Janagiri.
Jalur ini tidak kami rekomendasikan karena jalurnya sangat terjal, kami bukan
hanya mendaki tapi memanjat dengan hanya berpijak pada tanah dan batu seadanya.
Alhamdulillah kami malah mencapai puncak sekitar jam 8 an kami sampai di puncak
Janagiri, sebelum puncak terdapat makam yang sepertinya baru saja dibuat. Dari
puncak Janagiri kami bisa lihat jelas pemancar dan pemandangan gunung Sindoro
Sumbing serta di kejauhan terlihat gunung Lawu. Namun memang pemandangan gunung
Merapi tidak terlihat karena masih ada di balik puncak Syarif atau Kenteng Songo. Walau begitu
kami cukup puas mencapai puncak ini karena pemandangan yang indah dan kami telah melewati jalur terjal dengan selamat. Kami pun memutuskan cukup sampai di
puncak ini dan beristirahat sebentar sambil memasak di atas. Setelah makan kami pun memutuskan turun dengan jalur yang berbeda yaitu melewati jalur menuju
pemancar dimana setelah kami lewati akhirnya sampai di persimpangan batu
besar dimana kami‘keliru’ tadi.
Pemandangan dari Puncak Janagiri |
Gunung Sindoro Sumbing yang terlihat dari Merbabu |
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” QS: Al-Anbiya : 31
"Bukankan telah Kami jadikan bumi sebagai hamparan. Dan Kami jadikan gunung-gunung sebagai pasak?" QS: Al-Naba : 6-7
"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi ini tidak berguncang bersama kamu." QS: An-Nahl : 15
SUBHANNALLAH
Dengan bersemangat kembali kami melanjutkan perjalanan
turun, sangat enteng jika kami turun, kami hanya perlu konsentrasi menahan laju
jalan agar tidak terpeleset. Semakin dekat semakin kami bersemangat hingga jam
10 kurang kami sudah kembali ke pos 2 dimana tenda berada, kalau dibulatkan perjalanan naik butuh 2 jam sedangkan perjalanan turun hanya
menghabiskan 1 jam setengah saja.
Perkiraan kami kawan-kawan di tenda sudah mulai bersiap
packing untuk pulang, ternyata hanya Aaf yang sudah melek sedangkan Arif baru
bangun dan Sophee masih di dalam tenda. Kami pun menyuruh Arif untuk mulai
memasak sedangkan saya dan Aaf mulai membereskan sleeping bag dan lainnya. Kami pun makan lagi dan minum-minum sambil bersantai dan memutuskan jam 12 siang
kami harus sudah mulai beranjak turun. Sambil santai kami packing terakhir
lipat tenda dan masukkan ke carrier, setengah 1 kami mulai perjalanan turun.
Kali ini lebih bersemangat, seperti saya bilang turun memang lebih cepat
apalagi sudah terbayang makanan enak di kota nanti dan kasur di kamar
masing-masing.
Akhirnya kami tiba kembali di perkampungan sekitar jam setengah
4 an, agak terlambat karena sempat salah jalan ketika turun karena terlalu
masuk ke dalam hutan dan kondisi kabut menghalangi pandangan, untung saja Aaf
cepat bisa menemukan jalan yang benar. Setelah rehat sebentar kami langsung
mengendarai motor masing-masing untuk pulang. Hampir sama ketika turun dari
jalur pendakian kali ini juga jalanan menurun yang dilewati membuat perjalanan
terasa cepat, namun hujan deras dengan angin kencang cukup menghambat perjalanan
namun akhirnya kami sampai di Magelang pada jam 5 sore dan memutuskan untuk
istirahat makan.
Selesai makan kami melanjutkan perjalanan dan di sekitar
daerah muntilan kembali disambut hujan deras namun tetap kami lanjutkan
perjalanan dan akhirnya jam 7 kurang kami telah tiba kembali di asrama. Belum berakhir,
selanjutnya mengumpulkan peralatan yang disewa kemudian kami antar agar tidak
kena denda sewa, barulah setelah itu jam 9 an semua telah selesai dan begitulah
akhir perjalanan pertama mendaki bersama-sama ke puncak Merbabu, walau singkat
dan dengan persiapan seadanya tapi bagi saya merupakan petualangan yang indah
dan membuat ketagihan. Semoga bukan perjalanan terakhir karena masih banyak
pegunungan serta tempat indah lain di negeri ini. Sampai jumpa di lain
petualangan.
Yogie Kurniawan