Kamis, 10 April 2014

Pendakian MERBABU (pengalaman pertama) 4-5 April 2014


Pagi kamis tanggal 4 april 2014, setelah subuh saya tidak tidur lagi menunggu kedatangan Aaf untuk berbelanja keperluan logistik dan perbekalan yang masih kurang, karena tadi malam kami baru dapat 1 tenda kapasitas 4 orang, sleeping bag dan 2 buah sepatu. Kira-kira jam 6 pagi Aaf datang dengan membawa 2 ransel sebagai pelengkap. Kami berdua kemudian berbelanja logistik ke pasar kranggan antara lain beras setengah kilogram, mie instan, roti tawar, sarden dan air mineral 14 buah (jatah per orang bawa 2 botol).
Jam 8 saya tinggal dulu karena masih ada tugas kampus untuk survey lapangan. Sedangkan Aaf kembali tidur di musholla asrama, gara-gara begadang maklum dini hari nya ada Liga Champions.

Jam 10 lewat saya balik ke asrama, anak-anak sudah siap untuk mencari lagi perbekalan yang kurang, kali ini kami bagi tugas, Ighe dan Icay mau kembali belanja perbekalan yang kurang terkait makanan dan logistik sedangkan saya dan Aaf mencari tenda 1 lagi serta matras dan juga sepatu untuk disewa. Alhamdulillah semua akhirnya bisa diperoleh, kemudian kami packing dan jam 12 selesai kami pun berangkat makan siang dulu, kemudian salat zuhur dan kumpul untuk berangkat.

Tepat jam 2 siang kami meluncur dari asrama menuju kopeng (lewat jalan Magelang) dengan menggunakan total 4 kendaraan (Saya dan Fanie, Aaf dan Ighe, Icay dan Sophee serta Arif sendirian). Jam setengah 3 kami hampir tiba namun berhenti sebentar di jalan untuk membeli ponco (jas hujan) dan rehat sebentar untuk minum, kemudian kami lanjut dan akhirnya sampai wekas sekitar jam 3 an. Di sebuah rumah warga kami numpang parkir di situ sekalian siap-siap.
Rumah warga tempat parkir sepeda motor  di daerah Wekas


Jam setengah 4 kami siap untuk memulai perjalanan, naik perlahan menapaki jalan yang berupa paving blok menaik, hingga jalan itu berubah sampai ke sebuah pemakaman, di sini jalur mendaki mulai terasa berat dan setelah memasuki daerah di mana pemandangan pepohonan pinus dan jurang, kawan-kawan mulai tampak kelelahan, kami juga mulai sering berhenti dan agak melambat. 
Trek sepanjang pendakian awal menuju Pos 1

Semua anggota tampak kelelahan,
  

Jalur mulai terasa berat, kami bahkan sangat melambat, Arif, Sophee dan Fanie yang sangat kelihatan melemah, Arif mulai muntah tapi setelah itu malah menjadi lebih segar dari sebelumnya, Fanie terlihat sangat pucat dan Sophee tampak diam seolah kehilangan semangat. Tampaknya masuk angin, jadi saran saya persiapkan fisik sebaik-baiknya terutama asupan makanan serta tidur cukup. 
Fanie terlihat sangat pucat
Dengan banyaknya berhenti, kami terbilang sangat lama mendaki, bahkan ketika adzan maghrib berkumandang kami belum mencapai pos 1 yang berada di ketinggian 1752 Mdpl. Alhamdulillah walaupun dengan sangat lambat dan kecapaian kami akhirnya bisa mencapai pos 1 dan kemudian tetap dengan perjalanan yang bahkan makin melambat kami akhirnya tiba di pos 2  pada jam 8 malam dengan ketinggian 1952 Mdpl dimana tempat kami akan menginap untuk malam itu.

Begitu sampai kami bagi tugas, saya, Aaf, Ighe dan Icay memasang tenda sedangkan Fanie dan Arif mulai memasak untuk makan malam, Sophee yang sudah tidak kuat hanya duduk saja, ini yang saya suka dari berpetualang termasuk mendaki, kita harus saling tolong menolong apalagi sesama teman.
Akhirnya tenda selesai dan kami pun makan, kecuali Sophee yang memang keok malam itu, dia pun memutuskan langsung masuk tenda untuk tidur. Ini pengalaman pertama saya, ternyata memang angin malam pegunungan sangat ekstrim sehingga sleeping bag menurut saya itu adalah termasuk peralatan wajib kalau ingin mendaki.
Awalnya kami merencanakan untuk istirahat dan bangun pada jam 2 atau 3 dinihari untuk melanjutkan pendakian menuju puncak sehingga kami bisa menikmati sunrise di atas sana, namun ternyata tidak sesuai keinginan malam itu terjadi badai, angin kencang disertai gerimis cukup membuat kami mengurungkan niat untuk mendaki malam itu, bahkan di dalam tenda pun terasa menusuk dinginnya, untung saja tenda modern zaman sekarang cukup untuk menahan terpaan angin kencang seperti malam itu. Walau terbagun, kami pun sepakat untuk tetap di dalam tenda dan melanjutkan tidur.

Tak terasa pagi telah datang, Jumat 5 April 2014 jam 5 lewat saya terbangun, sadar ternyata Aaf pun sudah terjaga, pagi itu tetap dingin namun karena saya sudah tidak tahan untuk buang air maka saya berani kan keluar, setelah buang air saya berlari-lari kecil untuk mengurangi dampak hawa dingin yang menusuk. Tak lama Aaf pun keluar, dia termasuk yang cukup berpengalaman mendaki, saya coba minta pendapatnya bagaimana kalau kami tetap mau melanjutkan perjalanan ke puncak, menurut perkiraannya waktu akan sangat mepet, maklum kami harus mengembalikan peralatan yang kami sewa paling lambat malam ini untuk menghindari denda sewa, sehingga setidaknya sebelum sore kami sudah siap untuk kembali ke jogja. Tepat jam 6 akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan, namun tidak semua anggota ikut, kali ini yang siap Saya, Aaf, Ighe, Icay dan Fanie. Sedangkan Arif dan Sophee masing-masing memutuskan untuk tinggal di tenda. Kami bawa beberapa mie instan, kompor dan air minum untuk perbekalan naik dalam 2 tas untuk 5 orang yang siap. Selesai sarapan roti kami berdoa dulu dan kemudian berangkat, namun baru saja mulai berjalan, Aaf merasakan kaki dan pangkal pahanya sakit, dia tidak sanggup melanjutkan perjalanan, saya rasa memang Aaf membawa beban berat dari bawah, karena saya dan Aaf masing2 membawa tenda dalam carrier kami. Akhirnya tinggal 4 orang yang melanjutkan, perjalanan masih terasa berat namun memang lebih terasa berat ketika naik dari bawah menuju pos 2, mungkin karena bangun tidur dan cuaca pagi sangat sejuk serta barang bawaan yang sedikit jadi terasa agak enteng.

Satu jam perjalanan kami sampai di sebuah batu besar dimana ternyata ada persimpangan di situ, kami baru sadar setelah melewati jalan yang ‘keliru’, seharusnya jika mengikuti yang lazim kami belok kiri sehingga akan melewati jalan menuju pemancar terlebih dahulu sebelum menuju puncak. Namun saat itu kami mengambil jalan ke kanan hingga sampai di tepian jurang dimana ada jalan pintas menuju salah satu puncak yaitu puncak Janagiri. Jalur ini tidak kami rekomendasikan karena jalurnya sangat terjal, kami bukan hanya mendaki tapi memanjat dengan hanya berpijak pada tanah dan batu seadanya. Alhamdulillah kami malah mencapai puncak sekitar jam 8 an kami sampai di puncak Janagiri, sebelum puncak terdapat makam yang sepertinya baru saja dibuat. Dari puncak Janagiri kami bisa lihat jelas pemancar dan pemandangan gunung Sindoro Sumbing serta di kejauhan terlihat gunung Lawu. Namun memang pemandangan gunung Merapi tidak terlihat karena masih ada di balik puncak Syarif atau Kenteng Songo. Walau begitu kami cukup puas mencapai puncak ini karena pemandangan yang indah dan kami telah melewati jalur terjal dengan selamat. Kami pun memutuskan cukup sampai di puncak ini dan beristirahat sebentar sambil memasak di atas. Setelah makan kami pun memutuskan turun dengan jalur yang berbeda yaitu melewati jalur menuju pemancar dimana setelah kami lewati akhirnya sampai di persimpangan batu besar dimana kami‘keliru’ tadi.
Pemandangan dari Puncak Janagiri

Gunung Sindoro Sumbing yang terlihat dari Merbabu
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” QS: Al-Anbiya : 31

"Bukankan telah Kami jadikan bumi sebagai hamparan. Dan Kami jadikan gunung-gunung sebagai pasak?" QS: Al-Naba : 6-7

"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi ini tidak berguncang bersama kamu." QS: An-Nahl : 15

SUBHANNALLAH

Dengan bersemangat kembali kami melanjutkan perjalanan turun, sangat enteng jika kami turun, kami hanya perlu konsentrasi menahan laju jalan agar tidak terpeleset. Semakin dekat semakin kami bersemangat hingga jam 10 kurang kami sudah kembali ke pos 2 dimana tenda berada, kalau dibulatkan perjalanan naik butuh 2 jam sedangkan perjalanan turun hanya menghabiskan 1 jam setengah saja.
Perkiraan kami kawan-kawan di tenda sudah mulai bersiap packing untuk pulang, ternyata hanya Aaf yang sudah melek sedangkan Arif baru bangun dan Sophee masih di dalam tenda. Kami pun menyuruh Arif untuk mulai memasak sedangkan saya dan Aaf mulai membereskan sleeping bag dan lainnya. Kami pun makan lagi dan minum-minum sambil bersantai dan memutuskan jam 12 siang kami harus sudah mulai beranjak turun. Sambil santai kami packing terakhir lipat tenda dan masukkan ke carrier, setengah 1 kami mulai perjalanan turun. Kali ini lebih bersemangat, seperti saya bilang turun memang lebih cepat apalagi sudah terbayang makanan enak di kota nanti dan kasur di kamar masing-masing.
Akhirnya kami tiba kembali di perkampungan sekitar jam setengah 4 an, agak terlambat karena sempat salah jalan ketika turun karena terlalu masuk ke dalam hutan dan kondisi kabut menghalangi pandangan, untung saja Aaf cepat bisa menemukan jalan yang benar. Setelah rehat sebentar kami langsung mengendarai motor masing-masing untuk pulang. Hampir sama ketika turun dari jalur pendakian kali ini juga jalanan menurun yang dilewati membuat perjalanan terasa cepat, namun hujan deras dengan angin kencang cukup menghambat perjalanan namun akhirnya kami sampai di Magelang pada jam 5 sore dan memutuskan untuk istirahat makan.
Selesai makan kami melanjutkan perjalanan dan di sekitar daerah muntilan kembali disambut hujan deras namun tetap kami lanjutkan perjalanan dan akhirnya jam 7 kurang kami telah tiba kembali di asrama. Belum berakhir, selanjutnya mengumpulkan peralatan yang disewa kemudian kami antar agar tidak kena denda sewa, barulah setelah itu jam 9 an semua telah selesai dan begitulah akhir perjalanan pertama mendaki bersama-sama ke puncak Merbabu, walau singkat dan dengan persiapan seadanya tapi bagi saya merupakan petualangan yang indah dan membuat ketagihan. Semoga bukan perjalanan terakhir karena masih banyak pegunungan serta tempat indah lain di negeri ini. Sampai jumpa di lain petualangan.
Yogie Kurniawan