Kamis, 27 November 2014

Mengunjungi Maha Guru MERAPI

Berawal dari ajakan Bang Jumai tuk mengunjungi Merapi berdua pada selasa dan rabu (4&5 nov 2014) saya pun langsung meng ‘iya’ kan. Langsung hubungi Aaf, seperti biasa masih misterius kepastian ikut atau tidaknya. Saya siap aja berangkat cuma berdua toh sekarang gunung sudah banyak ‘penghuni’ sementaranya yaitu para pendaki dari kota2 besar.
Well, saya memang memberi tahu beberapa teman lain bahwa akan nanjak Merapi siapa tahu ada yang berminat. Hari selasa ternyata tidak bisa, masih ada kuliah kami undur deh hari rabu. Nah ini kejutan dan hikmah gak jadi berangkat selasa, malam selasa itu datang lah dua jagoan (Aaf dan Manda) tuk join nanjak besok. Akhirnya ada juga cewek yang nanjak bareng walau cewek jagoan :D.
Malam itu kami bertiga (Aaf, Manda dan Saya) malah ndak iso turu pas pula ada liga champion, jadilah ngelantur sampai pagi. Habis subuh an si Manda malah sempat tidur setelah makan di burjo sama Aaf. Jam 7 pagi rabu Bang Jumai datang dan sudah siap sedangkan kami? Tau lah sendiri. Langsung bergegas.
Jam 8 kami start dari asrama, jalan kaki aja ke jalan besar rencana (jl.diponegoro) mau naek trans jogja eeh ternyata jalurnya muter2, tujuan kami perempatan janti mau cegat bus ke solo dari sana, walhasil daripada buang waktu kami naek taksi bukan argo lagi biaya 40rb hadeh. Sampai di perempatan Janti, tidak lama bus jurusan solo datang, biaya 12rb per orang. Sekitar 1 jam an kami berhenti di pertigaan mau ke arah solo karena kami lanjut dengan bus laen menuju boyolali. Kali ini bus kecil ongkos 5rb per orang, sekitar 30 menit an kami sampai di boyolali, belum selesai dari sini kami harus menuju new selo kali ini naek angkot menuju pasar cempogo dulu ongkos juga 5rb per orang baru dari pasar kami naek bus kecil sampai new selo juga 5rb. Total aja sendiri ya kalau mau ke new selo dengan angkutan berapa habisnya,he...
beginilah kondisi di dalam angkutan, daripada bete narsis dulu wajib ajak warga setempat

Bus yang kami tumpangi terakhir tidak berhenti di depan base camp pendakian, kami jalan kaki dari situ sekalian pemanasan, untung tadi sembari nunggu bus di pasar sudah sempat makan siang. 
Menuju Basecamp


Sampai di base camp sudah banyak pendaki yang baru turun, kami rehat sebentar sambil siap2 sekaligus bercengkrama dengan mereka. Biaya tiket masuk Merapi 5rb per hari.
Jam 2 kami memulai pendakian dari depan basecamp setelah berdoa, jalanan masih aspal tapi sudah menanjak dan menguras tenaga karena panas terik. Sampai di tulisan New Selo aja kami sudah mengap2. Setelah ini jalanan tidak aspal lagi tapi masih bisa dilalui kendaraan bermotor walau menanjak.
Setengah jam jalan Manda tampak mau menyerah, sampai berujar ingin turun lagi dan nginap di home stay dekat basecamp saja, nunggu kami di situ. Tentu saja kami bertiga tidak memperbolehkan, lumayan juga membujuknya biar tetap jalan tapi untungnya doi kuat kok, cuma memang agak kaget aja umum terjadi tuk yang baru2 mendaki apalagi medannya memang nanjak terus tanpa ‘bonus’.
Di depan tulisan New Selo (lumayan mengap2




Jalan awal masih banyak ladang warga, tembakau dan lainnya, sambil terus membujuk dan menyemangati Manda kami sudah memasuki hutan masih berdebu memang karena cuma sempat turun gerimis belum ada hujan di daerah itu. Sudah masuk hutan jalan tetap menanjak, luar biasa capeknya tapi akhirnya sampai juga di Pos 1 sekitar jam 3 an. Kali ini Manda sudah mulai terbiasa jadi kami semua tambah semangat. Jam 4 lewat kami sampai di Pos 2 bangunan hampir sama dengan pos 1 dan dari sini bisa kami pandangi megahnya Merbabu kebetulan cuaca cerah, terus juga kalau melihat ke bawah sudah tampak jauh dan tinggi perjalanan kami. Setelah istirahat lanjut lagi dan sekitar jam 5 an kami sudah sampai ke trek berbatu artinya semakin dekat dengan pasar bubrah yang sering dijadikan tempat nge camp. Tapi kami memutuskan tidak nge camp di pasar bubrah namun sebelumnya dimana juga ada batu2 besar yang bisa kami gunakan berlindung dari angin gunung malam itu.
Penampakan Tenda kami ketika siang hari, view yang sangat indah tuk menatap Merbabu

Selesai mendirikan tenda selanjutnya tentu saja masak2 gunung agendanya, alhamdulillah kami dapat bekal rendang, baru kali ini naek gunung bekalnya mewah :D. Masak mie juga tentunya, makan lah habis itu dan selalu makan di gunung itu enaknya pake banget. Selesai makan kami santai sambil minum anget, tapi tidak lama juga semua sudah masuk tenda, kecapean. Dan kalimat terakhir ‘meluruskan pinggang dulu’ keluar, setelah itu hening dan semua terlelap, capek full tampak sekali.
Jam 11 saya terbangun, enak sekali tidur malam itu, lanjut bentar pejam lagi karena saya lihat mereka semua masih tidur. Jam 12 sekali lagi terbangun kali ini Aaf malah sudah duduk dan mau keluar. Karena merasa sudah segar juga saya keluar, Manda juga nyusul keluar, kita bertiga sambil menikmati dingin malam itu rembulan terang menambah suasana romantis,asyeek. Mulai lah sesi curhat dan ngelantur. Lama juga kita di luar sampai sekitar jam 1 an lebih Manda masuk tenda kembali sedangkan kami berdua masih di luar, tapi ternyata Manda kedinginan kaya nya dia kurang kuat dengan cuaca dingin, bahkan kakinya sampai mati rasa. Saya pijat2 juga tidak merasa, sampai semua sleeping bag kami selimuti ke dia tetap saja, untung ada Aaf yang lebih paham survival dia masak air langsung dimasukkan botol aqua tuk digosok2 kan ke kaki alhamdulillah akhirnya agak mendingan, tapi tetap kedinginan. Botol hangat tetap dipeluknya dan kami beri minum hangat2.
Sekitar jam 2 dinihari Bang Jumai sudah bersiap mau ngajak summit attack, saya tentu saja berat tuk ikut karena melihat kondisi Manda, tapi Aaf tegaskan bahwa dia tidak ikut naik dan menjaga Manda di tenda, saya masih pikir2 sampai akhirnya Manda sendiri yang paksa saya ikut Bang Jumai, okelah saya pikir juga keadaannya mulai membaik dan ada Aaf. Akhirnya kami berdua memutuskan naik sekitar jam 3 setelah berdoa kita mulai melangkah dengan berbekal minum dan roti secukupnya.
Pasar Bubar
Tak lama melewati bebatuan kami sampai pada hamparan padang bebatuan, yang disebut pasar bubar biasanya para pendaki bermalam di sini berlindung di bebatuan yang lebih besar. Saya juga tidak menyangka bahwa di sini memang luas sekali jadi wajar kalau bisa menampung banyak pendaki yang nge camp walaupun bebatuan tapi cukup datar dan tidak jauh lagi dari puncak Merapi.

Berhubung sudah memasuki waktu subuh saya sempatkan ikut berjamaah dengan pendaki lain sementara Bang Jumai istirahat karena menurut mereka dan seperti yang kami lihat setelah ini medannya adalah mendaki tanpa henti. Selesai salat kita lanjut lagi dan memang cukup berat medannya saya menyarankan untuk menggunakan sepatu, karena bebatuan kecil dan besar tak beraturan menghadang, usahakan juga ke arah agak ke kanan karena di situ sering dilalui sehingga sudah mulai terbentuk jalur sedangkan sebelah tengah dan kiri masih rawan longsor bebatuannya.
Setengah perjalanan matahari muncul, di sinilah sosok matahari sangat kita rindukan karena pasti kita akan mengalami kedinginan sehingga sinarnya sangat kita nanti dan juga penampakan bintang ciptaanNya itu memang indah tuk dinanti.
Menuju Puncak :D

Sempat istirahat 15 menit an kemudian kami lanjut dan akhirnya kami bisa menanjakkan kaki di puncak Merapi. Waktu sekitar jam 6 kurang tapi sudah sangat terang, angin berhembus kencang sekali, puncak Merapi sudah berubah karena letusan terakhir di 2010, aroma belerang masih menyengat dan di sana sudah ada beberapa pendaki yang tiba duluan dan berfoto gembira.
Alhamdulillah Puncak Merapi...


Cerita sebelumnya berakhir ketika kami sampai puncak, kali ini sedikit saya ceritakan ketika kami pulang, seru sekali ternyata ‘hoki’ bawa cewek kami dapat tumpangan gratis 2 kali naik pick up :D

Yang jelas setiap perjalanan yang telah kami lalui selalu ada hal yang baru, memang kita harus keluar dulu dari zona nyaman biar kita bisa merasakan hal lain yang tak ternilai harganya.


“a comfort zone is a beautiful place, but nothing ever grows there”                                              


Thanks buat pekawalan semua :*

Senin, 27 Oktober 2014

Permasalahan Aset Tetap pada RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun

       Sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin (RSSI) merupakan salah satu entitas yang tidak dapat dipisahkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD). Jumlah aset yang dilaporkan pada neraca RSSI tahun 2013 adalah hampir 90 miliar rupiah dan termasuk SKPD yang mengelola aset daerah tergolong besar selain Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga serta Dinas Pekerjaan Umum Daerah. Oleh karena itu pengelolaan aset yang merupakan bagian dari pelaporan serta pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah berpengaruh material terhadap opini LKPD secara keseluruhan.
     Namun pada kenyataannya masih terdapat banyak masalah terhadap pengelolaan aset daerah terutama aset tetap pada RSSI. Masalah tersebut antara lain:
1. Belum semua aset tetap tercatat dalam daftar aset tetap serta belum memiliki nilai yang wajar. Hal ini disebabkan antara lain masih banyak barang dropping dari pemerintah pusat (dana APBN) yang merupakan hibah dan juga hasil dari Tugas Pembantuan namun harga perolehan tidak tercantum dalam berita acara serah terima sehingga RSSI hanya memperoleh jumlah unit barang. Juga terdapat aset yang penghibahan masih dalam proses dan belum selesai namun sudah dipergunakan untuk operasional RSSI bahkan sudah membutuhkan pemeliharaan.
2. Pencatatan aset tetap belum sesuai kelompok dan belum terperinci per unit. Sebagai contoh terdapat beberapa aset yang tercatat sebagai satu set alat bedah, padahal dalam set itu terdapat pakaian untuk petugas bedah yang merupakan alat habis pakai yang seharusnya tidak termasuk sebagai aset tetap karena nilainya pun tidak sesuai kapitalisasi aset tetap.
3. Keberadaan aset tetap dan kondisi masih diragukan. Terdapat banyak kasus dimana RSSI memang mengutamakan keselamatan pasien dan kelancaran operasional dengan menyampingkan aspek administrasi, sehingga kasus pemindahan alat karena peminjaman antar ruangan sangat sering terjadi, contohnya ketika terjadi kecelakaan masal maka alat-alat darurat dari ICU atau ruang lain sering dipinjam oleh IGD dan hal sebaliknya.
4.  Kesulitan menentukan umur manfaat. Hal lain yang menjadi masalah terbaru adalah ketika LKPD disusun sesuai akuntansi berbasis akrual adalah adanya pengakuan biaya penyusutan (depresiasi), namun terdapat beberapa kendala utama diantaranya adalah menentukan masa manfaat dari aset tetap terutama yang terkait dengan alat kesehatan atau bukan aset yang umumnya dimiliki SKPD lainnya.
 Dapat disimpulkan bahwa masih banyak masalah yang harus diselesaikan terkait pengelolaan aset tetap sehingga LKPD pemerintah daerah dapat menjadi lebih baik terutama wajar dalam pengelolaan dan pelaporan aset. Namun hal itu bukan mustahil dilakukan dengan melibatkan kerja keras seluruh pegawai terkait terutama pengurus barang RSSI dan pengguna barang yang bertanggung jawab disamping pejabat pemerintah daerah yang berkomitmen serius untuk perbaikan pengelolaan aset.


Sabtu, 11 Oktober 2014

Kongkow Malang, Semeru, Ranu Pane dan Kumbolo serta Mahameru

Ini bukan perjalanan alam, ini tentang perjalanan kami bersama.. bukan seberapa jauh perjalanan yang kami lalui atau seberapa tinggi yang telah kami daki, tapi tentang apa yang kami alami dengan saling mengisi dan berbagi... eeeciyeee...

Senin, 14 Mei 2014 jam 06.00 WIB termasuk waktu yang langka kami sudah mandi semua (belum tidur sih rencana balas dendam di kereta), maklum kereta api dari Jogja-Surabaya (Sri Tanjung) ini berangkat jam 7 pagi. Untung ada Arief Coster yang setia mengantar rombongan ‘sida balang’ niy dengan mobil bolak-balik (sida : Aaf, Fanie, Icay, Ighe, Sophee dan Saya)
Selfie dulu di kereta, sebelum seharian di dalamnya.
Jam 2 siang kita sampai di Surabaya, sebenarnya ada yang langsung Jogja-Malang tapi kehabisan tiketnya, nah pelajaran juga karena kereta sekarang sistem online mending kalau mau jalan-jalan di planning dulu deh biar gak kehabisan tiket.
Akhirnya sampai stasiun malang jam 6 malam, deket aja sih surabaya malang mah ya, tapi kami bertahan dulu tadi soalnya nunggu kereta lanjutan kaya komuter gitu yang tiap 2 jam melintas, tiketnya 25 rebu dan tadi berangkat hampir jam 5..
Langsung diserbu para sopir n awak angkot, tapi kita tunggu dulu sok2 jual mahal gitu, sekalian nunggu adeknya Ino (Kiki) yang kuliah di sini, kita mau minta anterin ke asrama mahasiswa kobar di malang, nah menggunakan fasilitas pemda gitu (OPTIMALISASI ASET DAERAH), bukan aset tetap sih, sengaja aja nulis..
Tadi minta nomor hape sopir angkotnya, ini penting buat yang mau jalan rame2 di malang, angkot ini fleksibel bisa ngantarin kita dengan negosiasi yang ramah juga, jadi ga perlu takut2 sama mereka, friendly laah.. akhirnya besok pagi kami sudah punya calon tumpangan menuju tempat meeting.

Selasa, 15 mei 2014 stasiun malang (meeting point). Yap sebenarnya meeting point kami tu di stasiun tapi berhubung tadi malam nyampe mending numpang di asrama kobar di malang biar bisa mandi dll (thanks buat kawalan di asrama kobar malang). Kami memang ikut tour guide orang sih, soalnya baru pertama kali mau mengunjungi semeru, belum ngerti jalur menuju basecamp apalagi trek nya. Saran juga mending ikut EO yang ngadain open trip klo memang belum pernah, gak ribet dan beruntung kali ini dapat yang murah tapi istimewa namanya SAPA (sahabat penggiat alam) CP nya Mas Raden Ponco dan Dzaki Rinjani. Uhuy...
Dari stasiun kita naek angkot menuju tumpang, satu angkot mengangkut 10 peserta. Nah sampai di tumpang kami ngumpul di rumah warga yang empunya jeep. Jadi dari desa tumpang ini lanjut ke desa ranu pane (desa terakhir sebelum mendaki semeru) itu naek jeep karena angkot gak bakal bisa bawa kita naek soalnya jalur nanjak abis, alternatif ya naek truk klo memang orang nya banyak.
Keren kan gan??? :D
Karena emang ikut open trip yang murah meriah kita makan nyari sendiri, sempat berhenti juga bungkus trus lanjut.. nah di perjalanan menuju ranu pane kita sudah bisa menyaksikan keindahan alam TNBTS cuy (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), saran saya duduk di bagian kanan karena dari situ bisa puas mandangi bukit teletubbies dkk.
Akhirnya jam 2 siang kita sampai di ranu pane, desa terakhir sebelum mendaki sekaligus tempat melapor dan pos penjagaan. Suasanya rame banget sudah banyak pendaki yang antri mendaftar dan saking rame nya ternyata kuota sudah over limit, termasuk kami yang baru datang gak bisa mendaki hari itu juga. Walhasil kami harus nginep semalam di ranu pane. Ada pelajaran yang bisa diambil juga selain kita memang harus kontak ke pos penjagaan dulu klo mau booking sehingga ga terhambat, tapi juga ada hal yang menarik yaitu di sini penjaga pos yang notabene adalah volunter (sukarelawan) mereka disiplin banget, klo sudah limit 500 habis tidak bisa kompromi. Begitulah klo kita mencintai pekerjaan dan khususnya tempat kita bekerja sekiranya totalitas akan nampak sekali, mereka beranggapan bahwa semeru dan alamnya harus tetap di jaga dan aturan itu dibuat salah satunya untuk hal itu, memang sih terkesan banyak sekali aturan lain yang bikin dahi mengkrenyit tapi mereka tetap tak bisa digoyah dan memegang teguh aturan2 itu demi semeru yang tetap lestari untuk anak cucu kita nanti, well said.. (Semoga bisa menginspirasi kita semua, terutama PNS)
Hikmahnya juga kita bisa sosialisasi dulu sama kawan2 di sini, ada beberapa kenalan baru dan juga sekalian kami bisa menikmati ranu pane pada malam dan pagi hari. Jangan salah ranu pane juga punya ranu (danau) yang bagus, kami mendirikan tenda tepat di pinggir danau.
RANU PANE

Satu tenda aja, malam itu ranu pane dingin pake banget, anak2 dalam tenda (Fanie, Icay, Ighe dan Sophee), itu fanie sempat menggigil sampe ngigau. Sementara the legends (Aaf dan saya) di luar tepat di depan salah satu pos penjagaan tapi makai sleeping bag. Kita bawa 2 tenda tapi selain malas masang satunya memang lagi pengen nikmati suasana gitu sambil curhat terselubung,wkwkwkw..

Rabu, 16 mei 2014. Setelah sarapan kemudian dikoordinir oleh Mas Raden Ponco kita semua registrasi dan checking seluruh perlengkapan dibantu para sukarelawan yang tadi saya ceritakan. Setelah semua rampung jam 10 an, trus siap2 start itu sekitar jam 11 siang kita mulai. Go !!!
Pintu Gerbang Pendakian Semeru
Foto pas pulang sih, yang pas berangkat itu kita foto rame2 tapi belum ke save masih ada di FB SAPA (Kongkow Semeru).
Well, trek awal terbilang mudah, sophee yang kemaren waktu naek merbabu lemes sekarang memimpin melesat jauh di depan bagaikan valentino rossi di masa emasnya gitu. Sempat istirahat buat makan siang (Cuma roti sosis dkk) maksudnya perut melayu kan biasa makan siang nasi, kami akhirnya sampai di ranu kumbolo sekitar jam 3 an. Subhanallah, benarlah cerita orang2 selama ini, kami TERPESONA indah ciptaan-Nya..
-For diamonds do appear to be-

Sampai di ranu, jelas selain foto2 kami ishoma dulu, luar biasa hari itu, saat lelah kemudian bersantai bersama, ini ranu kumbolo seperti memang Tuhan ciptakan untuk tempat melepas penat di tengah perjalanan, semacam oase di padang pasir, kita bersantai sambil menikmati alam, kumpul bareng sohib dan pendaki lain dan tentunya mamam2 ala gunung serta #salamsatucangkir cooyy...
Momen yang selalu bikin kangen kalian semua
Okey kita ga bisa lama2 hari ini di ranu karena sudah jam 4 sore lewat tapi kita masih harus menuju kalimati (tempat ngecamp sebelum muncak). Akhirnya bergegas setelah isi air buat bekal sebab di kalimati ada sih sumber air tapi baru bisa ambil siang hari. Perjalanan dilanjutkan, hampir magrib kita melewati oro-oro ombo (padang lavender), oh ya sebelumnya dari ranu kumbolo kita melewati tanjakan cinta yang melegenda, ga usah panjang2 yah berikut penampakan tanjakan cinta, oro-oro ombo dan menuju kelik atau hutan mati atau arco podo...
Jam 8 malam kita baru sampai di kalimati, tempat istirahat malam itu sebelum nanti tengah malam klo mau lanjut ke puncak mahameru. Langsung bergegas kita mendirikan tenda dengan sedikit tenaga yang tersisa ditambah kelaparan melanda, yah perjalanan ini mulai terasa berat, disinilah ujian kita sesama sahabat mulai terasa, kita mesti solid genks,hehe...
Dua tenda berdiri, setelah bagi tugas antara yang memasak dan mendirikan tenda. Nah malam di pegunungan itu memang salah satu momen favorit kami, sambil menikmati yang hangat2 selalu pas buat curhat terselubung sesama kawalan, tapi malam itu sungguh melelahkan maka tak lama sudah masuk tenda semua (bertiga satu tenda).
Tidak nyenyak tidur malam itu, dingin yang menusuk, nutrisi yang kurang dan faktor ingin bangun tengah malam mungkin jadi penyebab, sekitar jam 12 an sudah banyak hiruk pikuk yang mau muncak, kami akhirnya siap sekitar jam 2 an, setelah berdoa kita mulai langkah menuju hutan mati sebelum mendaki mahameru. Tantangan sebenarnya dimulai!!
Ternyata lebih sulit dari yang kita bayangkan. Antrian pendaki, jalan yang sempit dan menanjak, faktor cuaca dingin menusuk dan logistik yang sangat kurang bikin kita semua pesimis. Berulang kali Aaf menanyakan apa sebaiknya kita mundur lagi ke tenda untuk mengurungkan niat, tapi saya tetap bersikeras melanjutkan semampu mungkin. Hingga akhirnya beberapa kejadian membuat Sophee dan Icay yang lebih dulu menyerah, melihat beberapa orang yang turun karena hypotermia dan kelelahan mereka pun mengurungkan niat muncak dan ikut kembali turun, mengingat juga stok air minum kami tinggal setengah botol, sangat kurang!! Pelajaran berharga lain klo bisa stok air dari ranu kumbolo jangan terlalu berharap di kalimati apalagi sudah malam hari.
Saya pun begitu, terbesit perasaan ingin menyerah saja, sebab trek semakin sulit, apalagi setelah melewati hutan vegetasi terakhir, sudah tidak ada lagi tanaman hanya bebatuan dan pasir vulkanik, kita melangkah satu tapi seolah turun dua langkah, sulit..
Aaf mulai melaju karena dia tahu semakin lama semakin fisik habis dan bahaya jika kedinginan, Fanie pun menyusul. Kami terpencar, berharap dengan berpencar kita bisa bertahan masing2.. Walau tujuan sama, kadang kita harus jalan sendiri2 guys.. Ighe masih di belakang jauh, saya istirahat cukup lama hingga sampe hampir subuh. Di tengah keputus asa an akhirnya Ighe muncul, dia minta air yang saya bawa tinggal setengah botol itu, kemudian bilang klo kami harus menyusul Fanie n Aaf karena kesian mereka tidak bawa apa2. Ntah kenapa dari itu saya benar2 seperti punya semangat lagi, mungkin kepikiran Fanie hingga Allah kasih kekuatan baru, melaju saya sampai akhirnya........ Alhamdulillah pagi itu, 17 mei 2014... saya peluk Fanie, kemudian hampiri Aaf yang katanya hampir ketiduran, mereka sudah lama di atas sana, di Mahameru, hari itu kami berdiri di tanah yang merupakan puncak tertinggi di pulau jawa...

ALHAMDULILLAH... Mahameru
Banyak masih cerita yang ingin kami bagi, perjalanan pulang, stay di Malang dan lainnya,.. Tapi sementara segini dulu, nanti aja sekalian dijadiin novel 11cm :D

Rabu, 01 Oktober 2014

Mencoba menulis kembali, karena kebahagiaan itu terasa nyata ketika kau bagikan, termasuk pengalaman dalam tulisan ini

Bismillah...

Bukan tentang seberapa jauh yang telah kau jalani, seberapa tinggi yang telah kau daki atau seberapa banyak yang telah kau capai dan lalui. Tapi tentang seberapa banyak hal yang sudah kau pelajari dan bisa kau bagi...

Yogie Kurniawan


Daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu katanya,, Rasulullah SAW telah bersabda : Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.'' (HR Muslim).

Tentu saja kita semua termasuk saya ingin selalu mengamalkan 3 amalan yang tiada terputus tersebut, 
Bukan hanya guru, dosen atau pengajar lain yang bisa berbagi ilmu yang bermanfaat, kita semua punya peluang untuk mengamalkannya salah satunya adalah berbagi ilmu dan pengalaman melalui tulisan seperti pada blog ini. 
Dengan maksud seperti itulah kiranya saya ingin memulai kembali menulis tentang hal-hal yang mudahan bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Adapun pada blog ini saya ingin menulis tentang banyak hal terutama semua yang berasal dari pengalaman pribadi saya sendiri, Semoga bermanfaat bagi saya sebagai pengingat dan penambah rasa syukur serta bagi pembaca sekalian yang kiranya dapat saling berbagi pengalaman dan mudah-mudahan juga menjadi ilmu yang bermanfaat, aamiin yaa rabb..

Harapan saya juga blog ini dapat menjadi sarana saya untuk melatih menulis, karena banyak penulis yang mengatakan bahwa "NULIS ITU DIPRAKTEKKAN" dan dosen saya senidiri (Pak ERTAMBANG NAHARTYO) juga menyampaikan secara langsung bahwa "TESIS YANG BAIK ADALAH TESIS YANG TELAH SELESAI DITULIS, KARENA INI KARYA TULIS BUKAN KARYA ANGAN-ANGAN". Kata-kata dari mereka juga menjadi motivasi utama saya untuk kembali mencoba menulis termasuk pada blog ini. 

Sebelumnya saya memang sudah beberapa kali mencoba belajar menulis, tapi berhubung sok sibuk dan hal lainnya, saya ingin kembali mencoba dari awal namun pengalaman-pengalaman atau perjalanan terdahulu juga ingin saya tulis pada blog ini sehingga akan ada beberapa perjalanan yang sudah lama kembali saya tulis dan bagi semoga semuanya bisa bermanfaat, sekali lagi untuk saya sendiri dan mudah-mudahan juga untuk yang membacanya, aamiin..

Sekian dulu tulisan 'awal' yang merupakan reinkarnasi dari blog saya semoga siapapun yang membaca tulisan ini bisa mengambil manfaat, karena sudah memberikan waktunya untuk membaca, Sungguh waktu adalah sesuatu yang berharga karena kita tidak akan bisa memintanya kembali termasuk waktu yang sudah kita habiskan untuk menulis dan membaca, Semoga semua bermanfaat dan mohon saling memberikan kontribusi berupa komentar atau saran atau lainnya sehingga manfaat lebih bertambah, terima kasih.
wassalam...

Selasa, 06 Mei 2014

Perbedaan Skripsi, Tesis dan Disertasi secara Sederhana (Tulisan URIP SANTOSO)

Skripsi dijadikan syarat kelulusan di program S-1  dengan maksud memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan bahwa dia dapat menerapkan langkah-langkah pendekatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan dan melaporkannya secara tertulis.  Biasanya, dalam skripsi tidak dituntut adanya sintesis baru atau penemuan baru.Thesis dijadikan syarat kelulusan di program S-2 dengan maksud memberikan kesempatan kepda mahasiswa untuk menunjukkan bahwa dia dapat mebuat suatu sintesis baru atau penerapan pengetahuan yang sudah ada, dan melaporkannya secara tertulis.Disertasi dijadikan syarat kelulusan di program S-3 dengan maksud memberikan kesempatan kepda mahasiswa untuk menunjukkana bahwa dia memahami (mengikuti) perkembangan mutakhir pengetahuan ilmiah di bidang ilmunya  dan memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu itu melalui penemuan baru yang orisinal yang dilaporkannya secara tertulis (http://www.pendidikanislam.net/index.php/untuk-siswa-a-mahasiswa/40-penelitian/60-skripsi-apakah-itu).
Pada dasarnya skripsi mahasiswa S1 merupakan ajang latihan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian secara obyektif. Oleh karena baru pertama sekali meneliti maka mahasiswa S1 ini sangat membutuhkan bimbingan dosen agar tidak melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan mereka harus mengulang. Tesis S2 merupakan ajang peningkatan kemampuan mahasiswa dalam meneliti dan diharapkan mahasiswa sudah mampu meneliti dengan bimbingan yang minimal dari dosen. Desertasi S3 merupakan pembuktian kemampuan mahasiswa S3 dalam meneliti secara mandiri.
Secara sederhana, skripsi itu menjawab apa, tesis menjawab apa dan mengapa, Dan disertasi itu menjawab apa, mengapa dan bagaimana. Contoh tentang penelitian daun katuk dalam menurunkan kolesterol telur. Skripsi hanya menjawab pertanyaan apakah daun katuk menurunkan kolesterol telur? Tesis itu menjawab dua pertanyaan, yaitu a) apakah daun katuk menurunkan kolesterol telur dan; b) mengapa daun katuk menurunkan kolesterol. Disertasi menjawab 3 pertanyaan, yaitu: a) apakah daun katuk menurunkan kolesterol telur?; b) mengapa daun katuk menurunkan kolesterol telur? Dan; c) bagaimana cara (mekanisme) daun katuk menurunkan kolesterol telur?
Seringkali dosen pembimbing lupa akan hal tersebut, sehingga sering meminta mahasiswa meneliti lebih dari seharusnya. Apa alasannya? Pertama, mungkin dikarenakan ketidaktahuannya dan pengalamannya sebagai mahasiswa dulu juga seperti itu. Sebagai contoh, dosen pembimbing meminta mahasiswa S1 untuk menjawab selain apa juga mengapa. Kedua, dosen pembimbing sudah tahu hal ini tetapi dikarenakan ia menginginkan data penelitian lebih, maka ia memaksakannya pada mahasiswa bimbingannya. Mungkin sang dosen bermaksud data tersebut akan dipublikasikan dimana ia sebagai penulis utamanya. Mungkin juga dosen mempunyai alasan yang lain.
Apapun alasannya, sesungguhnya dosen tidak dibenarkan untuk memaksa mahasiswa di luar ketentuan atau kesepakatan yang berlaku. Jika menginginkan data yang lebih akurat dan lebih banyak untuk menjawab permasalahan yang ada, maka sebaiknya dosen membuat proposal penelitian sendiri dan mengajukannya ke Dikti atau ke penyandang dana lainnya. Ia harus berkompetisi untuk memperoleh dana penelitian.
Tabel 1.  Perbedaan Umum antara Skripsi, Tesis dan Disertasi
NoAspekSkripsiTesisDisertasi
1JenjangS1S2S3 (tertinggi)
2PermasalahanDapat diangkat dari pengalaman empirik, tidak mendalamDiangkat dari pengalaman empirik, dan teoritik, bersifat  mendalamDiangkat dari kajian teoritik yang didukung fakta empirik, bersifat sangat mendalam
3Kemandirian penulis60% peran penulis, 40% pembimbing80% peran penulis, 20% pembimbing90% peran penulis, 10% pembimbing
4Bobot IlmiahRendah – sedangSedang – tinggi.  Pendalaman / pengembangan terhadap teori dan penelitian yang adaTinggi, Tertinggi dibidang akademik.   Diwajibkan mencari terobosan dan teori baru dalam bidang ilmu pengetahuan
5PemaparanDominan deskriptifDeskriptif dan AnalitisDominan analitis
6Model AnalisisRendah – sedangSedang – tinggiTinggi
7Jumlah rumusan masalahSekitar 1-2Minimal 3Lebih dari 3
8Metode / Uji statistikBiasanya  memakai uji Kualitatif / Uji deskriptif, Uji statistik parametrik (uji 1 pihak, 2 pihak), atau Statistik non parametrik (test binomial, Chi kuadrat, run test), uji hipotesis komparatif, uji hipotesis asosiatif, Korelasi, Regresi, Uji beda, Uji Chi Square, dllBiasanya memakai uji Kualitatif  lanjut  /  regresi ganda, atau korelasi ganda, mulitivariate, multivariate lanjutan (regresi dummy, data panel, persamaan simultan, regresi logistic, Log linier analisis,  ekonometrika static & dinamik, time series ekonometrik) Path analysis, SEMSama dengan tesis dengan metode lebih kompleks, berbobot yang bertujuan mencari terobosan dan teori baru dalam bidang ilmu pengetahuan
9Jenjang Pembimbing/ PengujiMinimal MagisterMinimal Doktor dan Magister yang berpengalamanMinimal Profesor dan Doktor  yang berpengalaman
10Orisinalitas penelitianBisa replika penelitian orang lain, tempat kasus berbedaMengutamakan orisinalitasHarus orisinil
11Penemuan hal-hal yang baruTidak harusDiutamakanDiharuskan
12Publikasi hasil penelitianKampus Internal dan disarankan nasionalMinimal NasionalNasional dan Internasional
13Jumlah rujukan / daftar pustakaMinimal 20Minimal 40Minimal 60
14Metode / Program statistik yang biasa digunakanKualitatif / Manual, Excel, SPSS dllKualitatif lanjut / SPSS, Eview, Lisrel, Amos dllKualitatif lanjut / SPSS, Eview, Lisrel, Amos dll
Sumber :  Agung Wahyudi Biantoro,  Metode Penelitian Ekonomi Islam, 2009

Kamis, 10 April 2014

Pendakian MERBABU (pengalaman pertama) 4-5 April 2014


Pagi kamis tanggal 4 april 2014, setelah subuh saya tidak tidur lagi menunggu kedatangan Aaf untuk berbelanja keperluan logistik dan perbekalan yang masih kurang, karena tadi malam kami baru dapat 1 tenda kapasitas 4 orang, sleeping bag dan 2 buah sepatu. Kira-kira jam 6 pagi Aaf datang dengan membawa 2 ransel sebagai pelengkap. Kami berdua kemudian berbelanja logistik ke pasar kranggan antara lain beras setengah kilogram, mie instan, roti tawar, sarden dan air mineral 14 buah (jatah per orang bawa 2 botol).
Jam 8 saya tinggal dulu karena masih ada tugas kampus untuk survey lapangan. Sedangkan Aaf kembali tidur di musholla asrama, gara-gara begadang maklum dini hari nya ada Liga Champions.

Jam 10 lewat saya balik ke asrama, anak-anak sudah siap untuk mencari lagi perbekalan yang kurang, kali ini kami bagi tugas, Ighe dan Icay mau kembali belanja perbekalan yang kurang terkait makanan dan logistik sedangkan saya dan Aaf mencari tenda 1 lagi serta matras dan juga sepatu untuk disewa. Alhamdulillah semua akhirnya bisa diperoleh, kemudian kami packing dan jam 12 selesai kami pun berangkat makan siang dulu, kemudian salat zuhur dan kumpul untuk berangkat.

Tepat jam 2 siang kami meluncur dari asrama menuju kopeng (lewat jalan Magelang) dengan menggunakan total 4 kendaraan (Saya dan Fanie, Aaf dan Ighe, Icay dan Sophee serta Arif sendirian). Jam setengah 3 kami hampir tiba namun berhenti sebentar di jalan untuk membeli ponco (jas hujan) dan rehat sebentar untuk minum, kemudian kami lanjut dan akhirnya sampai wekas sekitar jam 3 an. Di sebuah rumah warga kami numpang parkir di situ sekalian siap-siap.
Rumah warga tempat parkir sepeda motor  di daerah Wekas


Jam setengah 4 kami siap untuk memulai perjalanan, naik perlahan menapaki jalan yang berupa paving blok menaik, hingga jalan itu berubah sampai ke sebuah pemakaman, di sini jalur mendaki mulai terasa berat dan setelah memasuki daerah di mana pemandangan pepohonan pinus dan jurang, kawan-kawan mulai tampak kelelahan, kami juga mulai sering berhenti dan agak melambat. 
Trek sepanjang pendakian awal menuju Pos 1

Semua anggota tampak kelelahan,
  

Jalur mulai terasa berat, kami bahkan sangat melambat, Arif, Sophee dan Fanie yang sangat kelihatan melemah, Arif mulai muntah tapi setelah itu malah menjadi lebih segar dari sebelumnya, Fanie terlihat sangat pucat dan Sophee tampak diam seolah kehilangan semangat. Tampaknya masuk angin, jadi saran saya persiapkan fisik sebaik-baiknya terutama asupan makanan serta tidur cukup. 
Fanie terlihat sangat pucat
Dengan banyaknya berhenti, kami terbilang sangat lama mendaki, bahkan ketika adzan maghrib berkumandang kami belum mencapai pos 1 yang berada di ketinggian 1752 Mdpl. Alhamdulillah walaupun dengan sangat lambat dan kecapaian kami akhirnya bisa mencapai pos 1 dan kemudian tetap dengan perjalanan yang bahkan makin melambat kami akhirnya tiba di pos 2  pada jam 8 malam dengan ketinggian 1952 Mdpl dimana tempat kami akan menginap untuk malam itu.

Begitu sampai kami bagi tugas, saya, Aaf, Ighe dan Icay memasang tenda sedangkan Fanie dan Arif mulai memasak untuk makan malam, Sophee yang sudah tidak kuat hanya duduk saja, ini yang saya suka dari berpetualang termasuk mendaki, kita harus saling tolong menolong apalagi sesama teman.
Akhirnya tenda selesai dan kami pun makan, kecuali Sophee yang memang keok malam itu, dia pun memutuskan langsung masuk tenda untuk tidur. Ini pengalaman pertama saya, ternyata memang angin malam pegunungan sangat ekstrim sehingga sleeping bag menurut saya itu adalah termasuk peralatan wajib kalau ingin mendaki.
Awalnya kami merencanakan untuk istirahat dan bangun pada jam 2 atau 3 dinihari untuk melanjutkan pendakian menuju puncak sehingga kami bisa menikmati sunrise di atas sana, namun ternyata tidak sesuai keinginan malam itu terjadi badai, angin kencang disertai gerimis cukup membuat kami mengurungkan niat untuk mendaki malam itu, bahkan di dalam tenda pun terasa menusuk dinginnya, untung saja tenda modern zaman sekarang cukup untuk menahan terpaan angin kencang seperti malam itu. Walau terbagun, kami pun sepakat untuk tetap di dalam tenda dan melanjutkan tidur.

Tak terasa pagi telah datang, Jumat 5 April 2014 jam 5 lewat saya terbangun, sadar ternyata Aaf pun sudah terjaga, pagi itu tetap dingin namun karena saya sudah tidak tahan untuk buang air maka saya berani kan keluar, setelah buang air saya berlari-lari kecil untuk mengurangi dampak hawa dingin yang menusuk. Tak lama Aaf pun keluar, dia termasuk yang cukup berpengalaman mendaki, saya coba minta pendapatnya bagaimana kalau kami tetap mau melanjutkan perjalanan ke puncak, menurut perkiraannya waktu akan sangat mepet, maklum kami harus mengembalikan peralatan yang kami sewa paling lambat malam ini untuk menghindari denda sewa, sehingga setidaknya sebelum sore kami sudah siap untuk kembali ke jogja. Tepat jam 6 akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan, namun tidak semua anggota ikut, kali ini yang siap Saya, Aaf, Ighe, Icay dan Fanie. Sedangkan Arif dan Sophee masing-masing memutuskan untuk tinggal di tenda. Kami bawa beberapa mie instan, kompor dan air minum untuk perbekalan naik dalam 2 tas untuk 5 orang yang siap. Selesai sarapan roti kami berdoa dulu dan kemudian berangkat, namun baru saja mulai berjalan, Aaf merasakan kaki dan pangkal pahanya sakit, dia tidak sanggup melanjutkan perjalanan, saya rasa memang Aaf membawa beban berat dari bawah, karena saya dan Aaf masing2 membawa tenda dalam carrier kami. Akhirnya tinggal 4 orang yang melanjutkan, perjalanan masih terasa berat namun memang lebih terasa berat ketika naik dari bawah menuju pos 2, mungkin karena bangun tidur dan cuaca pagi sangat sejuk serta barang bawaan yang sedikit jadi terasa agak enteng.

Satu jam perjalanan kami sampai di sebuah batu besar dimana ternyata ada persimpangan di situ, kami baru sadar setelah melewati jalan yang ‘keliru’, seharusnya jika mengikuti yang lazim kami belok kiri sehingga akan melewati jalan menuju pemancar terlebih dahulu sebelum menuju puncak. Namun saat itu kami mengambil jalan ke kanan hingga sampai di tepian jurang dimana ada jalan pintas menuju salah satu puncak yaitu puncak Janagiri. Jalur ini tidak kami rekomendasikan karena jalurnya sangat terjal, kami bukan hanya mendaki tapi memanjat dengan hanya berpijak pada tanah dan batu seadanya. Alhamdulillah kami malah mencapai puncak sekitar jam 8 an kami sampai di puncak Janagiri, sebelum puncak terdapat makam yang sepertinya baru saja dibuat. Dari puncak Janagiri kami bisa lihat jelas pemancar dan pemandangan gunung Sindoro Sumbing serta di kejauhan terlihat gunung Lawu. Namun memang pemandangan gunung Merapi tidak terlihat karena masih ada di balik puncak Syarif atau Kenteng Songo. Walau begitu kami cukup puas mencapai puncak ini karena pemandangan yang indah dan kami telah melewati jalur terjal dengan selamat. Kami pun memutuskan cukup sampai di puncak ini dan beristirahat sebentar sambil memasak di atas. Setelah makan kami pun memutuskan turun dengan jalur yang berbeda yaitu melewati jalur menuju pemancar dimana setelah kami lewati akhirnya sampai di persimpangan batu besar dimana kami‘keliru’ tadi.
Pemandangan dari Puncak Janagiri

Gunung Sindoro Sumbing yang terlihat dari Merbabu
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” QS: Al-Anbiya : 31

"Bukankan telah Kami jadikan bumi sebagai hamparan. Dan Kami jadikan gunung-gunung sebagai pasak?" QS: Al-Naba : 6-7

"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi ini tidak berguncang bersama kamu." QS: An-Nahl : 15

SUBHANNALLAH

Dengan bersemangat kembali kami melanjutkan perjalanan turun, sangat enteng jika kami turun, kami hanya perlu konsentrasi menahan laju jalan agar tidak terpeleset. Semakin dekat semakin kami bersemangat hingga jam 10 kurang kami sudah kembali ke pos 2 dimana tenda berada, kalau dibulatkan perjalanan naik butuh 2 jam sedangkan perjalanan turun hanya menghabiskan 1 jam setengah saja.
Perkiraan kami kawan-kawan di tenda sudah mulai bersiap packing untuk pulang, ternyata hanya Aaf yang sudah melek sedangkan Arif baru bangun dan Sophee masih di dalam tenda. Kami pun menyuruh Arif untuk mulai memasak sedangkan saya dan Aaf mulai membereskan sleeping bag dan lainnya. Kami pun makan lagi dan minum-minum sambil bersantai dan memutuskan jam 12 siang kami harus sudah mulai beranjak turun. Sambil santai kami packing terakhir lipat tenda dan masukkan ke carrier, setengah 1 kami mulai perjalanan turun. Kali ini lebih bersemangat, seperti saya bilang turun memang lebih cepat apalagi sudah terbayang makanan enak di kota nanti dan kasur di kamar masing-masing.
Akhirnya kami tiba kembali di perkampungan sekitar jam setengah 4 an, agak terlambat karena sempat salah jalan ketika turun karena terlalu masuk ke dalam hutan dan kondisi kabut menghalangi pandangan, untung saja Aaf cepat bisa menemukan jalan yang benar. Setelah rehat sebentar kami langsung mengendarai motor masing-masing untuk pulang. Hampir sama ketika turun dari jalur pendakian kali ini juga jalanan menurun yang dilewati membuat perjalanan terasa cepat, namun hujan deras dengan angin kencang cukup menghambat perjalanan namun akhirnya kami sampai di Magelang pada jam 5 sore dan memutuskan untuk istirahat makan.
Selesai makan kami melanjutkan perjalanan dan di sekitar daerah muntilan kembali disambut hujan deras namun tetap kami lanjutkan perjalanan dan akhirnya jam 7 kurang kami telah tiba kembali di asrama. Belum berakhir, selanjutnya mengumpulkan peralatan yang disewa kemudian kami antar agar tidak kena denda sewa, barulah setelah itu jam 9 an semua telah selesai dan begitulah akhir perjalanan pertama mendaki bersama-sama ke puncak Merbabu, walau singkat dan dengan persiapan seadanya tapi bagi saya merupakan petualangan yang indah dan membuat ketagihan. Semoga bukan perjalanan terakhir karena masih banyak pegunungan serta tempat indah lain di negeri ini. Sampai jumpa di lain petualangan.
Yogie Kurniawan