Berawal dari ajakan Bang Jumai tuk
mengunjungi Merapi berdua pada selasa dan rabu (4&5 nov 2014) saya pun
langsung meng ‘iya’ kan. Langsung hubungi Aaf, seperti biasa masih misterius
kepastian ikut atau tidaknya. Saya siap aja berangkat cuma berdua toh sekarang
gunung sudah banyak ‘penghuni’ sementaranya yaitu para pendaki dari kota2
besar.
Well, saya memang memberi tahu beberapa
teman lain bahwa akan nanjak Merapi siapa tahu ada yang berminat. Hari selasa
ternyata tidak bisa, masih ada kuliah kami undur deh hari rabu. Nah ini kejutan
dan hikmah gak jadi berangkat selasa, malam selasa itu datang lah dua jagoan
(Aaf dan Manda) tuk join nanjak besok. Akhirnya ada juga cewek yang nanjak
bareng walau cewek jagoan :D.
Malam itu kami bertiga (Aaf, Manda dan
Saya) malah ndak iso turu pas pula ada liga champion, jadilah ngelantur sampai
pagi. Habis subuh an si Manda malah sempat tidur setelah makan di burjo sama
Aaf. Jam 7 pagi rabu Bang Jumai datang dan sudah siap sedangkan kami? Tau lah
sendiri. Langsung bergegas.
Jam 8 kami start dari asrama, jalan kaki
aja ke jalan besar rencana (jl.diponegoro) mau naek trans jogja eeh ternyata
jalurnya muter2, tujuan kami perempatan janti mau cegat bus ke solo dari sana,
walhasil daripada buang waktu kami naek taksi bukan argo lagi biaya 40rb hadeh.
Sampai di perempatan Janti, tidak lama bus jurusan solo datang, biaya 12rb per
orang. Sekitar 1 jam an kami berhenti di pertigaan mau ke arah solo karena kami
lanjut dengan bus laen menuju boyolali. Kali ini bus kecil ongkos 5rb per
orang, sekitar 30 menit an kami sampai di boyolali, belum selesai dari sini
kami harus menuju new selo kali ini naek angkot menuju pasar cempogo dulu
ongkos juga 5rb per orang baru dari pasar kami naek bus kecil sampai new selo
juga 5rb. Total aja sendiri ya kalau mau ke new selo dengan angkutan berapa
habisnya,he...
beginilah kondisi di dalam angkutan, daripada bete narsis dulu wajib ajak warga setempat |
Bus yang kami tumpangi terakhir tidak
berhenti di depan base camp pendakian, kami jalan kaki dari situ sekalian
pemanasan, untung tadi sembari nunggu bus di pasar sudah sempat makan siang.
Sampai di base camp sudah banyak pendaki yang baru turun, kami rehat sebentar
sambil siap2 sekaligus bercengkrama dengan mereka. Biaya tiket masuk Merapi 5rb per hari.
Jam 2 kami memulai pendakian dari depan
basecamp setelah berdoa, jalanan masih aspal tapi sudah menanjak dan menguras
tenaga karena panas terik. Sampai di tulisan New Selo aja kami sudah mengap2.
Setelah ini jalanan tidak aspal lagi tapi masih bisa dilalui kendaraan bermotor
walau menanjak.
Setengah jam jalan Manda tampak mau
menyerah, sampai berujar ingin turun lagi dan nginap di home stay dekat
basecamp saja, nunggu kami di situ. Tentu saja kami bertiga tidak memperbolehkan,
lumayan juga membujuknya biar tetap jalan tapi untungnya doi kuat kok, cuma
memang agak kaget aja umum terjadi tuk yang baru2 mendaki apalagi medannya
memang nanjak terus tanpa ‘bonus’.
Di depan tulisan New Selo (lumayan mengap2 |
Jalan awal masih banyak ladang warga,
tembakau dan lainnya, sambil terus membujuk dan menyemangati Manda kami sudah
memasuki hutan masih berdebu memang karena cuma sempat turun gerimis belum ada
hujan di daerah itu. Sudah masuk hutan jalan tetap menanjak, luar biasa
capeknya tapi akhirnya sampai juga di Pos 1 sekitar jam 3 an. Kali ini Manda
sudah mulai terbiasa jadi kami semua tambah semangat. Jam 4 lewat kami sampai
di Pos 2 bangunan hampir sama dengan pos 1 dan dari sini bisa kami pandangi
megahnya Merbabu kebetulan cuaca cerah, terus juga kalau melihat ke bawah sudah
tampak jauh dan tinggi perjalanan kami. Setelah istirahat lanjut lagi dan
sekitar jam 5 an kami sudah sampai ke trek berbatu artinya semakin dekat dengan
pasar bubrah yang sering dijadikan tempat nge camp. Tapi kami memutuskan tidak
nge camp di pasar bubrah namun sebelumnya dimana juga ada batu2 besar yang bisa
kami gunakan berlindung dari angin gunung malam itu.
Penampakan Tenda kami ketika siang hari, view yang sangat indah tuk menatap Merbabu |
Selesai mendirikan tenda selanjutnya tentu
saja masak2 gunung agendanya, alhamdulillah kami dapat bekal rendang, baru kali
ini naek gunung bekalnya mewah :D. Masak mie juga tentunya, makan lah habis itu
dan selalu makan di gunung itu enaknya pake banget. Selesai makan kami santai
sambil minum anget, tapi tidak lama juga semua sudah masuk tenda, kecapean. Dan
kalimat terakhir ‘meluruskan pinggang dulu’ keluar, setelah itu hening dan
semua terlelap, capek full tampak sekali.
Jam 11 saya terbangun, enak sekali tidur
malam itu, lanjut bentar pejam lagi karena saya lihat mereka semua masih tidur.
Jam 12 sekali lagi terbangun kali ini Aaf malah sudah duduk dan mau keluar.
Karena merasa sudah segar juga saya keluar, Manda juga nyusul keluar, kita
bertiga sambil menikmati dingin malam itu rembulan terang menambah suasana
romantis,asyeek. Mulai lah sesi curhat dan ngelantur. Lama juga kita di luar
sampai sekitar jam 1 an lebih Manda masuk tenda kembali sedangkan kami berdua
masih di luar, tapi ternyata Manda kedinginan kaya nya dia kurang kuat dengan
cuaca dingin, bahkan kakinya sampai mati rasa. Saya pijat2 juga tidak merasa,
sampai semua sleeping bag kami selimuti ke dia tetap saja, untung ada Aaf yang
lebih paham survival dia masak air langsung dimasukkan botol aqua tuk digosok2
kan ke kaki alhamdulillah akhirnya agak mendingan, tapi tetap kedinginan. Botol
hangat tetap dipeluknya dan kami beri minum hangat2.
Sekitar jam 2 dinihari Bang Jumai sudah
bersiap mau ngajak summit attack, saya tentu saja berat tuk ikut karena melihat
kondisi Manda, tapi Aaf tegaskan bahwa dia tidak ikut naik dan menjaga Manda di
tenda, saya masih pikir2 sampai akhirnya Manda sendiri yang paksa saya ikut
Bang Jumai, okelah saya pikir juga keadaannya mulai membaik dan ada Aaf.
Akhirnya kami berdua memutuskan naik sekitar jam 3 setelah berdoa kita mulai
melangkah dengan berbekal minum dan roti secukupnya.
Pasar Bubar |
Tak lama melewati bebatuan kami sampai pada
hamparan padang bebatuan, yang disebut pasar bubar biasanya para pendaki
bermalam di sini berlindung di bebatuan yang lebih besar. Saya juga tidak
menyangka bahwa di sini memang luas sekali jadi wajar kalau bisa menampung
banyak pendaki yang nge camp walaupun bebatuan tapi cukup datar dan tidak jauh
lagi dari puncak Merapi.
Berhubung sudah memasuki waktu subuh saya
sempatkan ikut berjamaah dengan pendaki lain sementara Bang Jumai istirahat
karena menurut mereka dan seperti yang kami lihat setelah ini medannya adalah
mendaki tanpa henti. Selesai salat kita lanjut lagi dan memang cukup berat
medannya saya menyarankan untuk menggunakan sepatu, karena bebatuan kecil dan
besar tak beraturan menghadang, usahakan juga ke arah agak ke kanan karena di
situ sering dilalui sehingga sudah mulai terbentuk jalur sedangkan sebelah
tengah dan kiri masih rawan longsor bebatuannya.
Setengah perjalanan matahari muncul, di
sinilah sosok matahari sangat kita rindukan karena pasti kita akan mengalami
kedinginan sehingga sinarnya sangat kita nanti dan juga penampakan bintang
ciptaanNya itu memang indah tuk dinanti.
Menuju Puncak :D |
Sempat istirahat 15 menit an kemudian kami
lanjut dan akhirnya kami bisa menanjakkan kaki di puncak Merapi. Waktu sekitar
jam 6 kurang tapi sudah sangat terang, angin berhembus kencang sekali, puncak
Merapi sudah berubah karena letusan terakhir di 2010, aroma belerang masih
menyengat dan di sana sudah ada beberapa pendaki yang tiba duluan dan berfoto
gembira.
Alhamdulillah Puncak Merapi...
Cerita sebelumnya berakhir ketika kami
sampai puncak, kali ini sedikit saya ceritakan ketika kami pulang, seru sekali
ternyata ‘hoki’ bawa cewek kami dapat tumpangan gratis 2 kali naik pick up :D
Yang jelas setiap perjalanan yang telah
kami lalui selalu ada hal yang baru, memang kita harus keluar dulu dari zona
nyaman biar kita bisa merasakan hal lain yang tak ternilai harganya.
“a comfort zone is a beautiful place, but
nothing ever grows there”
Thanks buat pekawalan semua :*