Kamis, 27 November 2014

Mengunjungi Maha Guru MERAPI

Berawal dari ajakan Bang Jumai tuk mengunjungi Merapi berdua pada selasa dan rabu (4&5 nov 2014) saya pun langsung meng ‘iya’ kan. Langsung hubungi Aaf, seperti biasa masih misterius kepastian ikut atau tidaknya. Saya siap aja berangkat cuma berdua toh sekarang gunung sudah banyak ‘penghuni’ sementaranya yaitu para pendaki dari kota2 besar.
Well, saya memang memberi tahu beberapa teman lain bahwa akan nanjak Merapi siapa tahu ada yang berminat. Hari selasa ternyata tidak bisa, masih ada kuliah kami undur deh hari rabu. Nah ini kejutan dan hikmah gak jadi berangkat selasa, malam selasa itu datang lah dua jagoan (Aaf dan Manda) tuk join nanjak besok. Akhirnya ada juga cewek yang nanjak bareng walau cewek jagoan :D.
Malam itu kami bertiga (Aaf, Manda dan Saya) malah ndak iso turu pas pula ada liga champion, jadilah ngelantur sampai pagi. Habis subuh an si Manda malah sempat tidur setelah makan di burjo sama Aaf. Jam 7 pagi rabu Bang Jumai datang dan sudah siap sedangkan kami? Tau lah sendiri. Langsung bergegas.
Jam 8 kami start dari asrama, jalan kaki aja ke jalan besar rencana (jl.diponegoro) mau naek trans jogja eeh ternyata jalurnya muter2, tujuan kami perempatan janti mau cegat bus ke solo dari sana, walhasil daripada buang waktu kami naek taksi bukan argo lagi biaya 40rb hadeh. Sampai di perempatan Janti, tidak lama bus jurusan solo datang, biaya 12rb per orang. Sekitar 1 jam an kami berhenti di pertigaan mau ke arah solo karena kami lanjut dengan bus laen menuju boyolali. Kali ini bus kecil ongkos 5rb per orang, sekitar 30 menit an kami sampai di boyolali, belum selesai dari sini kami harus menuju new selo kali ini naek angkot menuju pasar cempogo dulu ongkos juga 5rb per orang baru dari pasar kami naek bus kecil sampai new selo juga 5rb. Total aja sendiri ya kalau mau ke new selo dengan angkutan berapa habisnya,he...
beginilah kondisi di dalam angkutan, daripada bete narsis dulu wajib ajak warga setempat

Bus yang kami tumpangi terakhir tidak berhenti di depan base camp pendakian, kami jalan kaki dari situ sekalian pemanasan, untung tadi sembari nunggu bus di pasar sudah sempat makan siang. 
Menuju Basecamp


Sampai di base camp sudah banyak pendaki yang baru turun, kami rehat sebentar sambil siap2 sekaligus bercengkrama dengan mereka. Biaya tiket masuk Merapi 5rb per hari.
Jam 2 kami memulai pendakian dari depan basecamp setelah berdoa, jalanan masih aspal tapi sudah menanjak dan menguras tenaga karena panas terik. Sampai di tulisan New Selo aja kami sudah mengap2. Setelah ini jalanan tidak aspal lagi tapi masih bisa dilalui kendaraan bermotor walau menanjak.
Setengah jam jalan Manda tampak mau menyerah, sampai berujar ingin turun lagi dan nginap di home stay dekat basecamp saja, nunggu kami di situ. Tentu saja kami bertiga tidak memperbolehkan, lumayan juga membujuknya biar tetap jalan tapi untungnya doi kuat kok, cuma memang agak kaget aja umum terjadi tuk yang baru2 mendaki apalagi medannya memang nanjak terus tanpa ‘bonus’.
Di depan tulisan New Selo (lumayan mengap2




Jalan awal masih banyak ladang warga, tembakau dan lainnya, sambil terus membujuk dan menyemangati Manda kami sudah memasuki hutan masih berdebu memang karena cuma sempat turun gerimis belum ada hujan di daerah itu. Sudah masuk hutan jalan tetap menanjak, luar biasa capeknya tapi akhirnya sampai juga di Pos 1 sekitar jam 3 an. Kali ini Manda sudah mulai terbiasa jadi kami semua tambah semangat. Jam 4 lewat kami sampai di Pos 2 bangunan hampir sama dengan pos 1 dan dari sini bisa kami pandangi megahnya Merbabu kebetulan cuaca cerah, terus juga kalau melihat ke bawah sudah tampak jauh dan tinggi perjalanan kami. Setelah istirahat lanjut lagi dan sekitar jam 5 an kami sudah sampai ke trek berbatu artinya semakin dekat dengan pasar bubrah yang sering dijadikan tempat nge camp. Tapi kami memutuskan tidak nge camp di pasar bubrah namun sebelumnya dimana juga ada batu2 besar yang bisa kami gunakan berlindung dari angin gunung malam itu.
Penampakan Tenda kami ketika siang hari, view yang sangat indah tuk menatap Merbabu

Selesai mendirikan tenda selanjutnya tentu saja masak2 gunung agendanya, alhamdulillah kami dapat bekal rendang, baru kali ini naek gunung bekalnya mewah :D. Masak mie juga tentunya, makan lah habis itu dan selalu makan di gunung itu enaknya pake banget. Selesai makan kami santai sambil minum anget, tapi tidak lama juga semua sudah masuk tenda, kecapean. Dan kalimat terakhir ‘meluruskan pinggang dulu’ keluar, setelah itu hening dan semua terlelap, capek full tampak sekali.
Jam 11 saya terbangun, enak sekali tidur malam itu, lanjut bentar pejam lagi karena saya lihat mereka semua masih tidur. Jam 12 sekali lagi terbangun kali ini Aaf malah sudah duduk dan mau keluar. Karena merasa sudah segar juga saya keluar, Manda juga nyusul keluar, kita bertiga sambil menikmati dingin malam itu rembulan terang menambah suasana romantis,asyeek. Mulai lah sesi curhat dan ngelantur. Lama juga kita di luar sampai sekitar jam 1 an lebih Manda masuk tenda kembali sedangkan kami berdua masih di luar, tapi ternyata Manda kedinginan kaya nya dia kurang kuat dengan cuaca dingin, bahkan kakinya sampai mati rasa. Saya pijat2 juga tidak merasa, sampai semua sleeping bag kami selimuti ke dia tetap saja, untung ada Aaf yang lebih paham survival dia masak air langsung dimasukkan botol aqua tuk digosok2 kan ke kaki alhamdulillah akhirnya agak mendingan, tapi tetap kedinginan. Botol hangat tetap dipeluknya dan kami beri minum hangat2.
Sekitar jam 2 dinihari Bang Jumai sudah bersiap mau ngajak summit attack, saya tentu saja berat tuk ikut karena melihat kondisi Manda, tapi Aaf tegaskan bahwa dia tidak ikut naik dan menjaga Manda di tenda, saya masih pikir2 sampai akhirnya Manda sendiri yang paksa saya ikut Bang Jumai, okelah saya pikir juga keadaannya mulai membaik dan ada Aaf. Akhirnya kami berdua memutuskan naik sekitar jam 3 setelah berdoa kita mulai melangkah dengan berbekal minum dan roti secukupnya.
Pasar Bubar
Tak lama melewati bebatuan kami sampai pada hamparan padang bebatuan, yang disebut pasar bubar biasanya para pendaki bermalam di sini berlindung di bebatuan yang lebih besar. Saya juga tidak menyangka bahwa di sini memang luas sekali jadi wajar kalau bisa menampung banyak pendaki yang nge camp walaupun bebatuan tapi cukup datar dan tidak jauh lagi dari puncak Merapi.

Berhubung sudah memasuki waktu subuh saya sempatkan ikut berjamaah dengan pendaki lain sementara Bang Jumai istirahat karena menurut mereka dan seperti yang kami lihat setelah ini medannya adalah mendaki tanpa henti. Selesai salat kita lanjut lagi dan memang cukup berat medannya saya menyarankan untuk menggunakan sepatu, karena bebatuan kecil dan besar tak beraturan menghadang, usahakan juga ke arah agak ke kanan karena di situ sering dilalui sehingga sudah mulai terbentuk jalur sedangkan sebelah tengah dan kiri masih rawan longsor bebatuannya.
Setengah perjalanan matahari muncul, di sinilah sosok matahari sangat kita rindukan karena pasti kita akan mengalami kedinginan sehingga sinarnya sangat kita nanti dan juga penampakan bintang ciptaanNya itu memang indah tuk dinanti.
Menuju Puncak :D

Sempat istirahat 15 menit an kemudian kami lanjut dan akhirnya kami bisa menanjakkan kaki di puncak Merapi. Waktu sekitar jam 6 kurang tapi sudah sangat terang, angin berhembus kencang sekali, puncak Merapi sudah berubah karena letusan terakhir di 2010, aroma belerang masih menyengat dan di sana sudah ada beberapa pendaki yang tiba duluan dan berfoto gembira.
Alhamdulillah Puncak Merapi...


Cerita sebelumnya berakhir ketika kami sampai puncak, kali ini sedikit saya ceritakan ketika kami pulang, seru sekali ternyata ‘hoki’ bawa cewek kami dapat tumpangan gratis 2 kali naik pick up :D

Yang jelas setiap perjalanan yang telah kami lalui selalu ada hal yang baru, memang kita harus keluar dulu dari zona nyaman biar kita bisa merasakan hal lain yang tak ternilai harganya.


“a comfort zone is a beautiful place, but nothing ever grows there”                                              


Thanks buat pekawalan semua :*

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar